Ini
adalah cerita dari salah satu Saudaraku yang kucintai karena Allah.
Beliau bercerita sedikit kisah hidupnya yang coba untuk kubagi kepada
teman-teman semoga bisa memberi hikmah. Atau mungkin ada di antara
teman-teman yang juga mengalami kisah yang sama dengan saudaraku ini???
Keluarga mereka adalah keluarga yang sederhana, tak ada yang istimewa
dari pasangan ini, beraktifitas seperti manusia pada umunya. Di pagi
hari sang suami berangkat untuk menunaikan kewajiban mencari nafkah,
istri pun menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Anak mereka
yang baru satu pun tengah bermain menemani Ummi nya yang bergelut
dengan pekerjaan rumah. Siang telah berlalu memansuki sore hari, saat
yang dinanti oleh sang istri untuk berjumpa dengan suaminya tercinta.
Setiap pukul 17.00 suami sudah sampai di rumah, bergabung bersama istri
dan buah hati mereka setelah seharian penat oleh pekerjaannya di kantor.
Seperti pasutri (pasangan suami istri) pada umumnya, malam hari di isi
dengan aktifitas rutin setiap malamnya. makan malam, sholat bersama,
membantu anak belajar, ngobrol dan sebagainya. Namun, saudaraku ini
sedikit berbeda dari istri-istri pada umumnya (maybe). Saudariku ini tak
bisa tidur jika tak di dampingi suaminya, dipeluk hingga ia terlelap,
sehingga suaminya harus selaluu ada di sampingnya saat ia hendak tidur.
Selama 2 tahun pernikahan mereka, kebiasaan unik (bagi sang suami)
istrinya ini dimaklumi dan dipenuhi agar tak mengecewakan istri
tercintanya. Ya, jika sang suami belum ngantuk maka cukup dia menemani
istrinya saja hingga istrinya tertidur kemudian ia kembali mengerjakan
apa yang ingin dia kerjakan. Sebelum tidur pun biasanya sang istri gemar
bercerita tentang aktifitasnya di siang hari dan menceritakan ke
suaminya aktifitas buah hati mereka.Sang istri tentu sangat bangga
dengan suaminya yang setia menemaninya saat hendak tidur.
Namun...Beberapa bulan belakangan ini, ada perubahan dari suaminya. Dan
itu membuat saudariku ini sangat sedih. Ya, suaminya mulai jarang
menemaninya tidur bahkan jarang ngobrol lagi dengan istrinya di malam
hari.
Semua itu gara-gara FACEBOOK,,,"cerita saudariku itu..."
Sejak suaminya bergabung dan sering beraktifitas di Facebook, ia lalu
seakan tak ada waktu untuk sang istri, termasuk untuk si buah hati.
Sepulang kerja, selepas mandi,makan dan sholat, sang suami lalu bergelut
dengan layar laptopnya hingga larut malam, bahkan sering tertidur di
depan laptop, sedang Facebooknya masih Online.
"Hari-hari
berlalu...Aku belum mempermasalahkan sikap suamiku itu. Meski saat ingin
tidur aku selalu diselimuti kesedihan tapi kucoba untuk menahannya dan
tak menyapa suamiku yang tengah asyik dgn Online nya. Hingga akhirnya
aku pun tak bisa menahan perasaan kesalku itu. Malam itu, saat si kecil
telah tertidur, aku dekati suamiku yang tengah Online di ruang tengah,
aku sengaja merebahkan kepalaku di pundaknya, dan suami pun kaget. "Bobonya di kamar ya Honey...", katanya padaku. "Nggak, aku mau bobo di dekat Yayang...",jawabku. "Di kamar aja, nggak enak tidur di luar sini...", pinta suamiku. "Nggak mau...",kataku lagi.
Nampaknya suamiku sedikit marah melihat tingkahku. Karena sedih, tanpa sadar aku menangis.
"Yayang sekarang sudah nggak punya waktu untuk aku. Sepulang kerja
langsung di depan laptop, aku tahu Yayang Online untuk membuat tulisan
yang dibagi ke teman-teman di Facebook,tapi apa nggak sebaiknya jika
Yayang jangan terlalu sering. Aku juga punya hak atas waktu Yayang,
setelah seharian yayang di kantor, aku berharap sesampaingya Yayang di
rumah adalah waktu untuk aku bersama Yayang. Aku kan kangen sama Yayang,
seharian pun aku ngurusin rumah, ngurus si Dede, aku juga mau
diperhatiin, mau disayang-sayang, mau ngobrol dan bercanda bersama
Yayang. kalau bukan sama yayang, aku melakukan semua itu dengan
siapa???"
Tangisku semakin menjadi-jadi,namun suaraku tetap ku
kontrol, dan kulihat suamiku diam menatapku, mendengarkanku, sesekali ia
tertunduk.
"Jujur Yang, aku cemburu pada laptop itu, ingin
rasanya kubanting laptop itu agar yayang tak lagi bisa Online, tapi aku
takut akan kelalaian sikapku itu, lagian itu juga tidak menyelesaikan
masalah. Aku juga tidak melarang yayang online, kerena itu tidak haram,
tapi aku hanya inngin yayang bisa membagi waktu dan memberikan hakku
atas diri yayang. Aku cinta yayang, ingin selalu bisa bermesraan sama
yayang, dan waktu itu hanya bisa kunikmati di malam hari. Tapi jika
yayang sibuk di Facebook, yayang tak punya waktu lagi uuntukku. Apa aku
salah menuntut itu semua???",kataku pada suami.
Nampaknya
tundukan kepala suamiku sekarang agak lama, setelah ia mengangkat
wajahnya, kulihat matanya memerah, seakan menahan sesuatu yang hendak
ditumpahkan. Suamiku menangis...
Ia memegang tanganku,
memelukku dengan erat lalu mengajakku masuk ke kamar. Ia tak lagi
menghiraukan laptopnya yang masih menyala dan layar Facebook nya yang
masih On.
Sejak saat itu, suami berubah. Ia kini kembali
seperti suamiku yang dulu, yang selalu menemaniku, dan bermain bersama
anak kami. Dia tetap bermain di FB tapi sangat jarang.
Sering kutanya; "Yayang nggak Online???" "Nggak, mau nemenin honey ajah...",jawabnya sambil bercanda.
Subhanallah...Itulah suamiku...Yang kusayangi, yang kubanggakan...
Ia kini lebih focus untuk pekerjaan, dakwah dan keluarga kecil kami...
*** Seperti itulah kurang lebih cerita dari pengalaman saudariku....
Posting Komentar untuk "SUAMIKU.. AKU CEMBURU PADANYA"
Terimakasih sudah mengunjungi blog Rizki Mega Saputra. Semoga bisa menambah wawasan Anda..