Pluralitas Masyarakat Indonesia
A.
PENGERTIAN
PLURALITAS MASYARAKAR INDONESIA
Pluralitas masyarakat Indonesia adalah
kemajemukan atau keberagaman masyarakat Indonesia baik dalam suku, budaya,
agama, ras, pekerjaan, dll. Kata “plural” berasal dari bahasa Inggris yang
artinya “jamak”, sedangkan “pluralitas” berarti kemajemukan. Dapat dijelaskan bahwa
pengertian pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti yang sama dengan
kemajemukan atau keberagaman masyarakat Indonesia.
Selain istilah pluralitas, dalam
sosiologi akan ditemukan juga istilah lain yang menyangkut keanekaragaman
budaya, yakni multikultural. Multikultural berasal dari kata multi yang berarti
“banyak” (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Dapat disimpulkan
bahwa definisi masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memiliki lebih
dari dua kebudayaan atau lebih.
Masyarakat multikultural tersusun atas
berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan
kehidupan masyarakatnya. Pada masyarakat multikultural, keragaman budaya
tersebut berfungsi untuk mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakatnya,
karena tanpa keberagaman budaya tersebut tidak akan tercipta masyarakat
multikultural.
Mengapa ketika berbicara mengenai
Indonesia kita selalu dihadapkan pada istilah-istilah kemajemukan seperti itu?
Karena keberagaman masyarakat adalah realitas yang terjadi di negeri ini.
Negeri kita terbentuk atas perbedaan.
Perbedaan Pluralitas Multikultural
PLURALITAS |
MULTIKULTURAL |
Kemajemukan |
Keberagaman/keanekaragaman |
Menerima adanya perbedaan budaya lain dan mempelajari
budaya lain yg gunanya untuk menghindari timbulnya konflik. |
Hanya
menerima ada perbedaan budaya dan tidak mempelajari budaya lain atau
mendalami budaya lain |
B.
PERBEDAAN
BUDAYA
Kata budaya sudah sering kita dengar
karena telah banyak gunakan bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun apakah
definisinya sudah sesuai dengan apa yang dimaksud dalam ilmu pengetahuan? Untuk
memastikannya, berikut adalah pemaparan pengertian budaya sebelum membahas
perbedaannya di Indonesia.
Pengertian Budaya
Koentjaraningrat (1996) menjelaskan
bahwa kata kebudayaan berasal dari Sansekerta buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “ kekal”. Dari asal kata tersebut,
tampak bahwa istilah budaya ingin mengungkapkan sesuatu yang kekal atau
dipertahankan dari masa ke masa.
Koentjaraningrat (1996) dalam (Tim
Kemdikbud, 2017, hlm. 106) juga menambahkan bahwa pengertian budaya adalah
sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan
oleh manusia di dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya
dengan belajar.
Sementara itu, pengertian budaya menurut
ahli lain meliputi:
Menurut E.B. Taylor, budaya ialah
suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat
istiadat, hukum, kesanggupan, dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh
manusia sebagai bagian dari masyarakat.
Menurut Linton, budaya merupakan keseluruhan
dari sikap dan pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan
yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota masyarakat.
Dari pengertian di atas tampak bahwa
ternyata budaya meliputi berbagai wujud yang amat luas, bukan hanya benda atau
suatu kerajinan saja. Sebetulnya bagaimana cara mengamati budaya?
Menurut sosiolog J.J. Hoenigman,
terdapat tiga wujud budaya, yaitu gagasan, tindakan, dan karya.
1)
Gagasan (Wujud Ideal)
Wujud
ideal kebudayaan merupakan kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan hal lainnya yang bersifat abstrak atau tidak
nyata, tidak dapat diraba atau disentuh. Ide dan gagasan tentu berada dalam
pemikiran manusia. Wujud kebudayaan berupa pemikiran manusia dapat dilihat
dalam karya-karya tulis.
2)
Aktivitas (Tindakan)
Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat, yang disebut juga dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola
tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Meskipun agak abstrak namun sifat
aktivitas cukup konkret, ada dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
didokumentasikan.
3)
Artefak (Karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling nyata di dibandingankan
dua wujud kebudayaan yang lain.
Penyebab Perbedaan Budaya Indonesia
Lalu sebetulnya apa saja yang
memengaruhi perbedaan budaya masyarakat Indonesia? Banyak hal yang memengaruhi
perbedaan budaya masyarakat Indonesia. Beberapa di antaranya adalah perbedaan
lokasi dan perbedaan agama/keyakinan.
1)
Perbedaan Lokasi
Jika
kita membandingkan bentuk rumah asli khas masyarakat Jawa dan Kalimantan
terdapat perbedaan yang menonjol. Salah satu yang menjadi penyebab perbedaan
tersebut adalah perbedaan kondisi alam di Jawa dan Kalimantan. Kita juga dapat
mengamati berbagai kerajinan yang dibuat masyarakat pegunungan dengan kerajinan
yang dibuat masyarakat pesisir akan menunjukkan perbedaan berdasarkan lokasi
pula.
2)
Perbedaan Agama/Keyakinan
Agama
Hindu dan Buddha banyak meninggalkan hasil kebudayan berupa patung dan relief
pada dinding-dinding candi. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari sistem
kepercayaan Hindu-Buddha yang menjadikan candi sebagai salah satu tempat suci.
Relief
pada dinding-dinding candi Hindu-Buddha biasanya juga mengandung berbagai
ajaran untuk umatnya. Kita dapat menemukan berbagai candi, patung, dan relief
peninggalan kerajaan masa Hindu-Buddha di pusat-pusat kerajaan tersebut.
Pusat-pusat
kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Sumatra dapat ditemukan di Riau,
Jambi, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Lampung. Hal tersebut
juga berpengaruh pada budaya yang ada di tempat-tempat tersebut.
Selain itu, pusat-pusat kebudayaan
Hindu-Buddha di Pulau Jawa dapat ditemukan di Bogor, Bandung, Yogyakarta,
Surakarta, Malang, dan Mojokerto (dekat Surabaya).
Pada masa perkembangan kerajaan Islam,
hasil seni bangunan dan ukir relief patung bergeser menjadi seni ukir kaligrafi
dan bangunan masjid. Hal ini kembali menunjukkan bahwa perbedaan
agama/keyakinan akan menghasilkan perbedaan budaya pula.
C.
PERBEDAAN
AGAMA
Kita akan merasa asing dengan upacara
persembahyangan agama yang berbeda dengan agama yang kita peluk. Hal ini wajar
karena setiap agama memiliki tuntunan berbeda dalam melaksanakan
persembahyangan atau upacara keagamaan.
Namun, sebetulnya akan sangat baik jika
kita mengetahui sedikit saja mengenai tempat ibadah, dan cara melaksanakan
kegiatan upacara keagamaan atau persembahyangan agama lain. Mengapa kita perlu
memahami berbagai kegiatan ibadah agama selain yang kita anut?
Hal tersebut sangat penting agar dalam
diri kita tumbuh sikap saling memahami dan menghargai atau bertoleransi.
Sebagai contoh, ketika umat Islam melaksanakan salat Idulfitri di lapangan,
umat agama lain perlu memahami bahwa kegiatan di lapangan tersebut merupakan
upacara keagamaan.
Tentu saja, hanya pemeluk agama Islam
yang melaksanakan kegiatan salat Idulfitri. Namun pemeluk agama lain dapat
bekerjasama untuk membantu menciptakan suasana agar salat berlangsung aman dan
nyaman.
Akan tetapi toleransi dalam beragama
bukan berarti kita mencampuradukkan ajaran agama. Toleransi dalam beragama
berarti tetapi saling menghormati dan membantu menciptakan keamanan dan
kenyamanan umat beragama lain dalam beribadah.
Selain itu, melalui pengetahuan mengenai
cara beribadah agama lain kita juga dapat menghindari berbagai hal yang bisa
jadi menyinggung perasaan seseorang yang agamanya berbeda dengan kita. Misalnya
ketika kita menjamu seseorang yang beragama Hindu, kita tahu bahwa kita tidak
boleh menyajikan hidangan daging sapi. Kalau orang yang dijamu adalah muslim,
maka kita tidak boleh menyajikan daging babi.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa
berbagai pengetahuan umum seperti itu tentunya penting untuk dimiliki. Hal ini
bukan untuk tujuan membandingkan antaragama, tetapi supaya kita dapat membantu
kelancaran kegiatan agama lain. Berikut adalah pengetahuan mengenai Agama-agama
di Indonesia.
Kepercayaan Lainnya
Di Indonesia telah berkembang berbagai
aliran kepercayaan. Sampai saat ini, kita dapat menemukan berbagai aliran
kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat Indonesia. Berbagai aliran
kepercayaan sebagian telah berkembang dari sejak masa praaksara. Seperti :
Sunda Wiwitan |
Kejawen |
Kaharingan |
Malim |
Marapu |
Kanekes,
Banten; Kampung Naga, Cirebon, &Cigugur, Kuningan |
Jawa |
Suku Dayak,Kalimantan |
Toba & Samosir, Sumatra Utara |
Sumba,
Nusa Tenggara Timur |
D.
PERBEDAAN SUKU
BANGSA
Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300
kelompok etnik atau suku bangsa. Suku Jawa adalah kelompok suku terbanyak di
Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi. Sebagian besar suku
Jawa tinggal di Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Banyak dari anggota suku ini telah
bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di Nusantara bahkan bermigrasi
ke luar negeri. Suku Sunda, suku Melayu, dan suku Madura secara berurutan
adalah kelompok terbesar berikutnya di negara ini. Namun bahkan urutan kedua
dan ketiga terbanyak jumlahnya tetap masih jauh jika dibandingkan dengan suku
Jawa.
Berikut ini merupakan contoh nama suku
bangsa dan lokasi atau tempat yang paling banyak didiami/ditinggali.
Nama Suku Bangsa dan Daerah Asal
Nama Suku Bangsa |
Daerah Asal |
Aceh, Gayo,Tamiang
Ulu Sangkil, Aneuk Jamee, Kluet, Gumbak Cadek, dan Simeulue |
Aceh |
Batak Toba, Batak
Karo, Batak Mandailing, Nias, Simalungun, Asahan, dan Angkola |
Sumatra Barat |
Minangkabau, Gusci,
Caniago, Tanjung Kato, Panyali, Sikumbang, dan Mentawai |
Sumatra Barat |
Komering, Palembang,
Pasemah, Sameda, Ranau, Kisam, Ogan, Lematang, Rejang, Rawas, dan Kubu |
Sumatra Selatan |
Bangka, Belitung,
Mendanau, Rawas, dan Semendo |
Bangka Belitung |
Sunda |
Jawa Barat |
Betawi |
DKI Jakarta |
Jawa, Samin, dan Karimun |
Jawa Tengah |
Madura, Jawa, Osing,
dan Tengger |
Jawa Barat |
Dayak, Ngaju, Apo
Kayan, Murut, Poanan, dan Ot Danun |
Kalimantan Barat |
Bulungan, Tidung,
Kenyah, Berusuh, Abai, dan Kayan |
Kalimantan Timur |
Banjar Hulu dan
Banjar Kuala |
Kalimantan Selatan |
Lawang, Dusun,
Bakupai, dan Ngaju |
Kalimantan Tengah |
Sasak, Sumbawa, Bima |
Nusa Tenggara Barat |
Timor, Rote, Sabu,
Manggarai, Ngada, Ende Lio, Larantuka, dan Sumba |
Nusa Tenggara Timur |
Kaali, Kuwali,
Panuma, Mori, Balatar, dan Banggai |
Sulawesi Tengah |
Wolia, Laki, Muna,
Buton, Balatar |
Sulawesi Tenggara |
Sangir, Talaud,
Minahasa, Bolaang Mongondow, dan Bantik |
Sulawesi Utara |
Makasar, Bugis,
Toraja, Mandar, Selayar, dan Bone |
Sulawesi Selatan |
Bali |
Bali |
Ambon, Alifuru,
Togite, dan Faru |
Maluku |
Mengapa terjadi perbedaan suku bangsa di
Indonesia? Apakah manusia dapat memilih terlahir sebagai suku Batak, Dayak,
atau Jawa? Tentu saja tidak. Manusia terlahir karena kehendak Tuhan Yang Maha
Esa. Setiap suku bangsa memiliki derajat yang sama.
Secara ilmiah, perbedaan suku bangsa di
Indonesia tidak terlepas dari faktor sejarah nenek moyang bangsa Indonesia.
Perbedaan suku bangsa di Indonesia tidak lepas dari faktor sejarah.
Bagaimana interaksi antara berbagai suku
bangsa di Indonesia? Sejak ribuan tahun yang lalu, berbagai suku bangsa di
Indonesia hidup berdampingan secara harmonis. Berbagai suku bangsa di Indonesia
saling memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang ada.
Hal ini membuktikan bahwa suku bangsa
Indonesia sangat terbuka menerima kedatangan berbagai suku bangsa yang berbeda.
E.
PERBEDAAN
PEKERJAAN
Pekerjaan merupakan salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang
dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Pada saat ini, kita dapat
menemukan berbagai jenis pekerjaan baik sektor formal maupun nonformal.
Pekerjaan sektor formal,
adalah berbagai pekerjaan yang dijalankan oleh pelaku usaha
resmi baik pemerintah maupun swasta. Para karyawan perusahaan, pegawai kantor
bank, pegawai pemerintah, dan guru merupakan contoh pekerjaan pada sektor formal.
Pekerjaan seperti ini memiliki struktur yang formal, ada bagian manajemen, ada
bagian teknis atau pelaksana lapangan, dsb. Jenis pekerjaan ini tidak mandiri
karena bergantung terhadap suatu instansi tempat ia bekerja.
Pekerjaan sektor nonformal,
meliputi pemilik bengkel, petani, penjual di pasar, dan
pelaku usaha mandiri lainnya. Mereka bekerja secara mandiri, tak tergantung
pada pihak lain. Sebagai contoh, apabila seorang pemilik bengkel ingin libur,
ia dapat libur kapan saja. Permasalahannya, berarti ia juga tidak akan
mendapatkan penghasilan. Tentunya penghasilan tetap dapat diraih jika ia telah
memiliki delegasi atau karyawan jika usahanya telah maju. Hal ini berbeda
dengan orang yang bekerja sebagai karyawan perusahaan atau lembaga pemerintah.
Semua pekerjaan itu mulia selama pekerjaan tersebut
bermanfaat bagi diri dan bernilai untuk orang lain. Guru, polisi, dokter,
petani, dan tukang pijat sama-sama pekerjaan mulia. Tidak ada yang lebih rendah
atau lebih tinggi derajatnya. Karena sejatinya semua profesi saling
membutuhkan.
Tanpa guru, tidak akan ada polisi dan dokter. Tanpa petani,
tukang pijat dan polisi dapat mengalami kelaparan, demikian seterusnya. Rantai
kehidupan manusia tersusun sedemikian rupa sehingga saling membutuhkan.
Sumber:
https://serupa.id/pluralitas-masyarakat-indonesia/
https://www.ruangguru.com/blog/ragam-kepercayaan-lokal-di-indonesia
Posting Komentar untuk "Pluralitas Masyarakat Indonesia"
Terimakasih sudah mengunjungi blog Rizki Mega Saputra. Semoga bisa menambah wawasan Anda..