MENCICIPI AYAM PANGGANG KEGEMARAN SUNAN KUDUS
Datang ke Kudus rasanya kurang pas jika tak menyicipi opor ayam
panggang. Masakan ini konon sudah ada sejak zaman Sunan Kudus alias
Ja’far Sodiq pada abad ke-15. Salah satu yang patut dicoba adalah opor
ayam panggang racikan Suroso. Kedainya terletak di Jalan Niti Semito No 9
Desa Ploso Kudus. “Saya melestarikan dari orang tua yang sudah membuka
sejak tahun 1960-an,” kata Suroso di kedainya, Rabu, 3 April 2013.
Opor buatan Suroso lebih dekat dengan sebutan opor panggang sunggingan. “Opor ayam ini merupakan kesukaan Sunan Kudus,” kata KH Najib Hasan, Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.
Cara membuat opor ayam panggang khas Kota Kretek itu sangat berbeda dengan opor ayam lainnya. Setelah ayam dibersihkan bulunya dan bagian jeroannya dikeluarkan, lalu bumbu dimasukkan ke dalam perut. Setelah itu, ayam dimatangkan dengan dikukus hingga matang. Setelah, bumbu yang sudah matang dikeluarkan dan dicampur santan kental untuk dibuat kuah.
Selesai dikukus, ayam dibakar hingga matang. Sedangkan bumbunya terdiri dari bahan rempah- rempah, seperti ketumbar, jinten, bawang merah, bawang putih, kunyit, kemiri, daun jeruk nipis, pala, merica, santan, sedikit garam, dan cabe.
Untuk penyajiannya, opor ayam disuguhkan di atas piring yang dilapisi daun pisang. Pertama, nasi atau lontong ditaruh di atas piring, kemudian diberi potongan ayam panggang dan lauk kering tahu dan diberi kuah opor yang agak encer. Ada juga yang diberikan tambahan serundeng (kelapa muda yang diparut dan disangrai).
Sedangkan untuk makannya dengan memakai suru daun pisang atau bisa dengan sendok. Satu porsi ukuran kecil khas Kudus Rp 7.500- Rp 8.000. Jika ingin membawanya pulang satu ekor ayam kungkung berkisar Rp 80-100 ribu, tergantung besar- kecilnya.
Kebanyakan menu opor panggang ini dijual pada pagi hingga siang hari sebagai menu sarapan. Meski terkesan “makanan kecil”, variasi lauk tambahan sangat banyak, misalnya botok jeroan dan rempela, cakar ayam, serta kerupuk kulit kerbau. “Saya suka menu opor ayam panggang. Setiap ada tamu kolega bisnis, sering saya bawa ke sini,” kata Budi Santoso, seorang pebisnis.
(tempo/4/4/13)
Opor buatan Suroso lebih dekat dengan sebutan opor panggang sunggingan. “Opor ayam ini merupakan kesukaan Sunan Kudus,” kata KH Najib Hasan, Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.
Cara membuat opor ayam panggang khas Kota Kretek itu sangat berbeda dengan opor ayam lainnya. Setelah ayam dibersihkan bulunya dan bagian jeroannya dikeluarkan, lalu bumbu dimasukkan ke dalam perut. Setelah itu, ayam dimatangkan dengan dikukus hingga matang. Setelah, bumbu yang sudah matang dikeluarkan dan dicampur santan kental untuk dibuat kuah.
Selesai dikukus, ayam dibakar hingga matang. Sedangkan bumbunya terdiri dari bahan rempah- rempah, seperti ketumbar, jinten, bawang merah, bawang putih, kunyit, kemiri, daun jeruk nipis, pala, merica, santan, sedikit garam, dan cabe.
Untuk penyajiannya, opor ayam disuguhkan di atas piring yang dilapisi daun pisang. Pertama, nasi atau lontong ditaruh di atas piring, kemudian diberi potongan ayam panggang dan lauk kering tahu dan diberi kuah opor yang agak encer. Ada juga yang diberikan tambahan serundeng (kelapa muda yang diparut dan disangrai).
Sedangkan untuk makannya dengan memakai suru daun pisang atau bisa dengan sendok. Satu porsi ukuran kecil khas Kudus Rp 7.500- Rp 8.000. Jika ingin membawanya pulang satu ekor ayam kungkung berkisar Rp 80-100 ribu, tergantung besar- kecilnya.
Kebanyakan menu opor panggang ini dijual pada pagi hingga siang hari sebagai menu sarapan. Meski terkesan “makanan kecil”, variasi lauk tambahan sangat banyak, misalnya botok jeroan dan rempela, cakar ayam, serta kerupuk kulit kerbau. “Saya suka menu opor ayam panggang. Setiap ada tamu kolega bisnis, sering saya bawa ke sini,” kata Budi Santoso, seorang pebisnis.
(tempo/4/4/13)
Posting Komentar untuk "MENCICIPI AYAM PANGGANG KEGEMARAN SUNAN KUDUS"
Terimakasih sudah mengunjungi blog Rizki Mega Saputra. Semoga bisa menambah wawasan Anda..